Tuesday, April 3, 2007

Refleksi Malam Idul Fitri 1425

Hidup ini akan terus meraih lingkar, semuanya akan beradu mencoba untuk harmonis. Terlebih…bila kita renungi aliran sungai, terkuaklah rahasia yang akan membunuh penat. Karena seharusnya kita terus mengalir menuju tujuan kita, atau diam dan membusuk. Ada siang ada malam, ada tawa ada tangis, semua ber-refleksi...sekali lagi mencoba merangkai harmoni untuk bekali akal ini dengan indahnya harapan yang merobek batasan duniawi. Bercitalah jauh hingga kau tidak akan temukan kebuntuan dalam merepih asa.
Sobat...ketahuilah bahwa hidup ini indah, sehingga tak ada tawaran untuk mati sia-sia. Dalam rintihan sakit terdapat sebuah makna yang memang kedudukannya terbilang jauh, tak bisa akal ini meraihnya telak, terkecuali nurani berbicara lantang membuat nafsu di akal membisu. Mengeluh dan meronta-ronta dalam susah, hanya semakin membentuk formasi tawa syetan yang membunuh nurani.
Hari-hari akan semakin ramai, namun sediakan pikirmu untuk sekedar memperbaiki jalur yang telah sedikit atau banyak melengkung, atau bisa jadi patah. Tatalah jalur itu, yaitu jalur menuju satu titik yang menjadi alasan adanya tawa kita, tangis, peluh, keluh, sayang, benci, penat, serta rasa-rasa lain yang dengan berbagai persepsi mau tak mau kita kunyah. Pastilah pada awalnya ada pahit dan ada manis yang sekali lagi mencoba meraih harmoni. Namun bila kita lerai dan kelupas kulit pahit dan manis untuk paham hakikatnya, mulialah diri ini memuliakan hikmah yang akan tercermin dalam hari penuh senyum yang bahagiakan alam ini.
Manusia tak boleh berhenti...gunakanlah lajumu untuk merubah dunia. Kokohkan laju untuk tegakkan tujuan hidup. Mencari ridho Allah...tujuan tertinggi dalam piramida motivasi yang dapat membuat langit bergemuruh. Titian ridho Allah memang berliku, tak urung sangat banyak manusia tak sanggup meniti mimpi indah itu.
Yakinlah…dalam semua kejadian terdapat hikmah, beruntunglah bagi orang-orang yang menemukannya.

2 comments:

Anonymous said...

motivasi itu emang berguna banget sebagai bahan bakar qt menuju halte2 target dan terminal cita2. tapi gimana kalo bahan bakar itu habis di tengah jalan gara2 halte2 & terminal itu terlalu jauh? apa seharusnya qt perpendek aja jaraknya, artinya membumikan cita2 yang melangit?

Fiqih Santoso said...

langit tetaplah langit dan bumi akan menjadi bumi...namun ketika iman merasuki logika,maka akan mudah melihat bahwa keduanya suatu saat akan melebur...Bagaikan menggapai cita2,modal iman kitalah yang dapat menjadi bahan bakarnya.Habis???Itu pilihan.Iman juga naik-turun hingga surga diciptakan dalam berbagai tingkatan...Memilih yang mana?Itu juga pilihan.Atau lebih suka neraka...Itu juga pilihan.Selamat menempuh hidup penuh pilihan.VQ hanya punya prinsip...
Pastikankan sinar Allah menerangi jalan pilihan kita ketika memilih.Ikhlaskan hati,beningkan pikiran..untuk terus bergerak meraih cita dan cinta